Senin, 30 Mei 2011

TATA BAHASA

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Tatabahasa adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa. Tatabahasa Indonesia telah diatur dalam buku Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI). Kualitas penerapan Tatabahasa yang tepat dan benar masih sangat rendah, hal ini terbukti seperti yang dipraktikan oleh bangsa Indonesia di media massa maupun pada kehidupan nyata.
Semua tatabahasa tradisional tidak menempatkan Fonologi sebagai satu unsur dari Tatabahasa. Biasanya dikatakan bahwa Tatabahasa hanya melingkupi bidang-bidang Morfologi dan Sintaksis. Fonologi dianggap sebagai suatu pengetahuan praktis untuk kesempurnaan penyebutan/pengucapan  suatu bahasa. Pendapat ini tidak dapat diterima lagi, karena Fonologi suatu bahasa bukan bersifat praktis seperti yang dikatakan, tetapi benar-benar merupakan suatu unsur yang hakiki dari bahasa itu. Setiap bahasa mempunyai kaidah-kaidah tertentu tentang susun-peluk bunyi-bunyi ujrannya. Struktur susun-peluk bunyi-bunyi ujaran seperti dalam bahasa Cekoslowakia tidak ada dalam struktur bahasa Indonesia, karena tiap-tiap bahasa mempunyai kaidah-kaidah yang tersendiri. Tata susun bunyi ujaran suatu bahasa juga merupakan satu struktur dari bahasa yang bersangkutan.
Tatabahasa merupakan suatu himpunan dari patokan-patokan umum berdasarkan struktur bahasa. Struktur bahasa itu meliputi bidang-bidang: tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Atau dengan kata lain tatabahasa meliputi bidang-bidang: Fonologi, Morfologi dan Sintaks.




2.2 Pembagian
Tatabahasa modern mencakup:
A.    Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya. Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani yaitu phone berarti bunyi dan logos berarti ilmu, disebut juga tata bunyi. Bidang ini meliputi dua bagian:
a.       Fonetik atau fonetika adalah bagian ilmu dalam linguistik yang mempelajari bunyi yang diproduksi oleh manusia. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafazkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia,terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa, terdiri dari huruf vokal, konsonan, diftong (vokal yang ditulis rangkap) dank kluster (konsonan yang ditulis rangkap. Di sisi lain fonologi adalah ilmu yang berdasarkan foneyik dan mempelajari system fonetika. Fonetika memiliki tiga cabang utama:
·         Fonetik artikulatoris yang mempelajari bentuk dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa.
·         Fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan oleh telinga manusia.
·         Fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak mengolah data yang masuk sebagai suara.
Internasional Phonetic Asociation (IPA) telah mengamati lebih dari 100 bunyi manusia yang berbeda dan menstransipsikannya dengan Internasional Phonetic Alphabet mereka.
Ilmu fonetika pertama kali dipelajari sekitar abad ke5 SM di India kuno oleh Panini, sang resi yang mempelajari Bahasa Sansekerta. Semua aksara yang berdasarkan aksara India sampai sekarang masih menggunakan klasifikasi Panini.
b.      Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti disebut fona, sedangkan fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf.
Untuk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu:
·         udara
·         artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak
·         titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator
B.     Morfologi secara harfiah berarti pengetahuan tentang bentuk. Morfologi adalah bidang linguistik atau tatabahasa yang mempelajari kata dan proses pembentukan kata secara gramatikal. Dalam beberapa buku tata bahasa, morfologi dinamakan juga tata bentukan.Satuan ujaran yang mengandung makna (leksikal atau gramatikal) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang menjadi bagian dari kata disebut morfem. Berdasarkan potensinya untuk dapat berdiri sendiri dalam suatu tuturan, morfem dibedakan atas dua macam yaitu:
a.       Morfem terikat, morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri, sehingga harus selalu hadir dengan mengikatkan dirinya dengan morfem bebas lewat proses morfologis, atau proses pembentukan kata.
b.      Morfem bebas, yang secara potensial mampu berdiri sendiri sebagai kata dan secara gramatikal menduduki satu fungsi dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia morfem bebas disebut juga kata dasar. Satuan ujaran seperti buku, kantor, arsip, uji, ajar, kali, pantau, dan liput merupakan morfem bebas atau kata dasar; sedangkan me-, pe-, -an, ke--an, di-, swa-, trans-, -logi, -isme merupakan morfem terikat. Sebuah morfem, jika bergabung dengan morfem lain, sering mengalami perubahan. Misalnya, morfem terikat me- dapat berubah menjadi men-, mem-, meny-, menge-, dan menge- sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Variasi morfem yang terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alomorf.
C.     Sintaksis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu syn berarti bersama dan taxis berarti pengaturan. Sintaks adalah ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat. Selain aturan ini juga digunakan untuk merujuk langsung pada peraturan dan prinsip yang mencakup struktur kalimat dalam bahasa apapun.
Penelitian modern dalam sintaks bertujuan untuk menjelaskan bahasa dalam aturan ini. Banyak pakar sintaksis berusaha menemukan aturan umum yang diterapkan disetiap bahasa. Kata sintaksis juga kadang digunakan untuk merujuk pada aturan yang mengatur sistem matematika seperti logika, bahasa formal buatan dan bahasa pemrograman komputer.
D.    Semantik diambil dari bahasa Yunani semantikos yang berarti memberikan tanda. Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik biasanya dikontraskan dengan dua asapek lain dari ekspresi makna; sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragamatika, penggunaan praktis simbol oleh agen atau komunitas pada suatu kondisi atau konteks tertentu.
2.3 Macam-macam Tatabahasa
  Melihat cara dan bidang penyusunan sebuah tatabahasa dapatlah kita beda-bedakan bermacam-macam tatabahasa. Pertama-tama tatabahasa dapat dibedakan atas Tatabahasa Deskriptif atau Tatabahasa Sinkronis dan Tatabahasa Historis-komparatif atau disebut juga Tatabahasa Diakronis.
Tatabahasa Deskriptif atau Tatabahasa Sinkronis adalah tatabahasa yang disusun berdasarkan pencatatan (deskripsi) yang nyata atas struktur suatu bahasa. Tatabahasa ini biasanya meliputi suatu lingkungan masa yang tertentu (sinkronis). Sebaliknya Tatabahasa Historis-komparatif atau Tatabahasa Diakronis adalah tatabahasa yang membicarakan perkembangan struktur bahasa dari satu jaman ke jaman lain (historis atau diakronis), serta mengadakan pula perbandingan antara struktur-struktur bahasa dari bermacam-macam jaman itu atau memperbandingkannya denngan bahasa-bahasa lainnya (komparatif).
Di samping itu tatabahasa dapat bersifat Normatif (umum) yaitu bila tatabahasa tersebut disusun berdasarkan gejala-gejala bahasa yang umum yang dipakai oleh kebanyakan orang dalam suatu masyarakat. Jenis tatabahasa inilah yang dipakai dalam penertian sehari-hari.
Suatu Tatabahasa Normatif memberikan uraian atas struktur umum dari suatu bahasa. Tetapi mengingat bahwa bahasa selalu berkembang setiap saat, maka selalu ada perubahan yang terjadi atas struktur bahasa;  sebab itu Tatabahasa Normatif harus tetap mengikuti perkembangan itu. Dengan kata lain Tatabahasa Normatif harus tetap bersifat deskriptif. Pada bahasa-bahasa yang sudah mati, yang tidak dipakai lagi dalam komunikasi sehari-hari, Tatabahasa Normatif dari bahasa-bahasa tersebut selalu bersifat preskiptif yaitu menentukan atau mengatur kaidah-kaidah itu harus diikuti secermat-cermatnya, dan tidak boleh dirobah lagi. Misalnya tatabahasa dari bahasa-bahasa Latin, Yunani, Sansekerta bersifat preskiptif.

2.4 Tatabahasa Tradisional dan Tatabahasa Struktural
Bila kita mengikuti sejarah mula dari bahasa-bahasa Barat umumnya, akan kita lihat bahwa tatabahasa dari bahasa-bahasa tersebut disusun menurut contoh Tatabahasa Latin dan Yunani. Bahasa-bahasa barat itu dipaksakan untuk mengikuti jalan bahasa Latin dan Yunani. Ketika orang-orang Barat sampai ke Indonesia, sarjana-sarjana Barat berusaha pula untuk menyusun Tatabahasa dari bahasa-bahasa di Indonesia sesuai dengan Tatabahasa mereka. Mereka tidak menyadari adanya perbedaan-perbedaan antara berbagai bahasa di Indonesia dengan struktur bahasa Barat, yang sudah ‘disesuaikan’ dengan struktur bahasa Yunani-Latin itu.
Yang dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tetap antara bagian-bagian yang membentuk suatu hal. Untuk mengetahui struktur kita harus terjun menyelidiki bahasa-bahasa itu secara tersendiri, lepas dari segala macam prasangka yang ada. Berdasarkan hasil penyelidikan itulah kita dapat menyusun suatu Tatabahasa yang struktural.
Sebaliknya tatabahasa yang hanya mencontoh warisan Tatabahasa Barat, yang mewarisi pula semua kaidah gramatikal dari Tatabahasa Latin-Yunani disebut Tatabahasa Tradisional. Umumnya Tatabahasa-tatabahasa Indonesia yang ditulis hingga kini masih bersifat tradisional. Sebab itu perlu diadakab revisi, disesuaikan dengan jalan dan struktur bahasa Indonesia yang sebenarnya. Untuk tujuan ini haruslah diadakan penelitian-penelitian baru sesuai dengan metode-metode yang terbaru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar