Senin, 30 Mei 2011

HUKUM ABORSI

A.    Definisi Aborsi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia aborsi didefinisikan terjadinya keguguran janin dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu, yang biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan).
Pengertian dalam istilah kesehatan aborsi adalah kehamilan setelah tertanamnya telur yang telah dibuahi dalam rahim, yang dikenal juga dengan abortus.
Sedangkan pengertian aborsi dalam pandangan islam adalah aborsi yang dilakukan sebelum umur kandungan sebelum 4 minggu diperbolehkan dengan alasan-alasan yang jelas.

B.     Aborsi Dalam Bidang Kesehatan
Dalam dunia kedokteran ada 3 macam aborsi, yaitu :
1.      Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Tahap-tahap abortus spontan meliputi:
a.       Abortus Imminens : peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 22 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi (pembukaan) servik. Kehamilan dapat berlanjut.
b.      Abortus Insipiens : peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 22 minggu dengan adanya dilatasi servik. Kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi abortus inkomplit atau abortus komplit.
c.       Abortus Inkomplit : pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 22 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan.
d.      Abortus Komplit : Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
e.       Abortus Servikalis: Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.
2.      Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas.
3.      Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis.
4.      Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi.
5.      Aborsi terapeutik/Abortus Provocatus therapeuticum adalah penggugurankandungan buatan yang dilakukan atas indikasi             medik. Sebagai contoh: calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang       parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang     matang dan tidak tergesa-gesa (www.genetik2000.com).

C.     Penyebab Aborsi
1        Kelainan sel telur ibu, biasanya terjadi di awal kehamilan.
2        Kelainan anatomi organ reproduksi ibu, misalnya mengalami kelainan atau gangguan pada rahim.
3        Gangguan sirkulasi plasenta akibat ibu menderita suatu penyakit, atau kelainan pembentukan plasenta.
4        Ibu menderita penyakit berat seperti infeksi yang disertai demam tinggi, penyakit jantung atau paru yang kronik, keracunan, mengalami kekurangan vitamin berat, dll.
5        Antagonis Rhesus ibu yang merusak darah janin.

D.    Indikasi Dilakukan Aborsi
Salah satu alasan utama aborsi adalah ibu tidak mengingimkan anaknya lahir. Anomaly janin yang akan menyebabkan bayi akan trelahir cacat mental atau fisik yang parah pada beberapa kasus juga membuat beberapa orang memutuskan untuk menggugurkan kandungan. Penyebab kelainan janin antara lain kelainan genetik pada kromosom (20-25%), infeksi (3-5%), efek samping obat dan terapi (<1%). Namun alasan tersebut tidak dapat dibenarkan menurut agama maupun hokum. Aborsi tanpa indikasi medis adalah pembunuhan.
Aborsi yang diperbolehkan atas rekomendasi dokter, diantaranya:
1.      Adanya penyakit pada calon ibu, dimana jika kehamilan dilanjutkan nyawa ibu terancam. Dokter mempertimbangkan risiko kehidupan ibu berdasarkan kondisi saat ini maupun perkembangan dan komplikasinya di masa datang. Contoh sang ibu menderita kanker. Total kejadian keganasan kanker selama kehamilan diperkirakan 1 kasus per seribu kehamilan. Kanker yang paling umum ditemukan pada wanita hamil antara lain, kanker serviks (1 kasus per 2000 kehamilan), kanker payudara (1 kasus per 3000 kehamilan) dan melanoma (0,14-2.8 per 1000).
2.      Kehamilan diluar rahim (kehamilan ektopik), terjadi bila sel telur yang dibuahi tidak melekat pada rahim tapi ditempat yang berbeda, yaitu saluran telur (tuba falopi), indung telur, leher rahim atau ronnga perut. Bila embrio melekat di saluran telur, maka menyebabkan saluran telur membengkak atau pecah. Satu dari seratus kehamilan adalah ektopik. Peluangnya lebih tinggi jika terjadi radang saluran telur  karena radang perut (misalnya usus buntu atau infeksi Chlamydia atau akrena operasi rongga perut. IUD (spiral) juga meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
3.      Bayi tidak berkembang atau meninggal.

E.     Kasus Aborsi  Sebanyak 15% Dilakukan Remaja
Pengguguran kandungan (aborsi) merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Tragisnya, 15% sampai 30% dari pelaku aborsi itu adalah remaja yang notabene masih berstatus siswa SMP dan SMA. Jumlah kasus aborsi yang dilakukan remaja tercatat sebanyak 2,3 juta setiap tahun. Ini menunjukkan betapa rentannya remaja terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan “asmara”. Sekali mereka mengayuh ke lautan cinta, sekali itu pula kemungkinan lepas kontrol atau kebablasan bisa terjadi. Nah, apa yang terjadi bila si remaja sudah kebablasan?
Aborsi merupakan keputusan terakhir ketika remaja dihadapkan pada sebuah dilema, meneruskan kehamilan sambil membawa aib keluarga atau menghentikan kehamilan dengan cara membunuh calon jabang bayi yang tak berdosa di dalam kandungan. Uniknya, remaja yang kebablasan sampai akhirnya melakukan aborsi banyak dilakukan oleh mereka yang pendiam.
“Dari pengalaman saya selama 12 tahun lebih sebagai dokter spesialis kandungan, ternyata yang banyak mengadu adalah gadis-gadis pendiam. Banyak orang tua yang menganggap, kalau penampilan anak wanitanya yang kalem dan pendiam, lantas merasa aman. Padahal, justru karena mereka tak pernah berpacaran, begitu berpacaran sering kebablasan sampai banyak yang datang ke tempat saya minta tolong. Ini harus mendapat perhatian dari para orang tua,'' tutur dr. Boyke Dian Nugraha, Sp.OG., MARS, ginekolog dan konsultan seks kondang saat ditemui GEMARI di sela acara seminar di Jakarta beberapa waktu lalu.
Agar tidak kebablasan sehingga hanya penyesalan yang dirasakan para remaja, Boyke yang sehari-hari bertugas di RS Dharmais Jakarta ini mengingatkan, para remaja untuk memiliki 'rem' berupa keimanan. Iman merupakan rem yang paling pakem dalam berpacaran. Penilaian terhadap kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran.
“Mereka yang menuntut hal-hal melanggar norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Justru calon pasangan yang baik adalah mereka yang mau menjaga kehormatan temannya hingga menjadi pasangan suami-istri yang sah. Iman harus dimiliki setiap remaja,'' papar Boyke seraya mengingatkan, "ingat! hampir separuhnya atau 15 persen aborsi itu dilakukan remaja. Tingginya angka kematian ibu pun disumbang dari aborsi yang tidak benar atau karena dilakukan oleh tenaga yang tidak profesional."
1.      Pendidikan seks dan kespro
Masih tingginya kasus aborsi pada remaja, ungkap Boyke, sebagai akibat tidak adanya pendidikan seks dan kesehatan reproduksi terhadap kaum remaja. Akibatnya, aborsi yang tidak benar itu menjadi salah satu penyebab tingginya AKI yang hingga saat ini masih tertinggi se-Asia Tenggara.
Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan membolehkan adanya aborsi. Namun, itu bisa dilakukan selama ada indikasi medis, di antaranya jika kehamilan tersebut diteruskan bisa mencelakakan ibu atau khawatir bayi lahir dalam kondisi cacat. Selain itu, langkah tersebut bisa dilakukan jika mengganggu mental karena korban inses atau perkosaan.
"Alasan-alasan seperti itu masih bisa diterima. Namun, itu bergantung pada mereka apakah medis itu diperlebar dengan banyak hal. Karena menurut saya, UU itu sendiri banci karena tidak jelas tentang apa hal-hal yang dibolehkan," ujarnya. Oleh karena itu, pendidikan seks dan kesehatan reproduksi hendaknya diberikan kepada remaja. Karena dengan ketidaktahuan tersebut, remaja akan berusaha mencari tahu soal seks baik itu dari internet, tayangan VCD porno, atau buku-buku porno lainnya.
Meskipun UU tentang pendidikan seks belum ada, ungkap Boyke, pendidikan seks tetap harus diberikan kepada remaja dan anak-anak. Pendidikan seks hendaknya masuk ke dalam kurikulum pendidikan SMP dan SMA. Terlebih lagi, saat ini remaja lebih banyak tahu soal seks dari tayangan-tayangan televisi atau VCD porno. Berdasarkan penelitian di Klinik Pasutri Jakarta yang dikelola Boyke selama ini, hampir 100 persen remaja atau anak SMA sudah melihat atau menonton gambar-gambar porno, baik itu dari internet, VCD, atau buku-buku serta kartu porno. Hal itu tentunya bisa menyeret mereka untuk melakukan seks sebelum nikah.
2.      Kasus HIV/AIDS meningkat
Ketidaktahuan akan seks dan reproduksi, papar Boyke, juga telah meningkatkan angka kasus HIV/AIDS di Indonesia. "Meningkatnya kasus HIV/AIDS di Indonesia pun karena kita belum diberikan pendidikan seks yang cukup. Sementara, remaja lebih banyak mengetahui soal seks dari tayangan-tayangan televisi dan VCD porno. Padahal, itu bukan pendidikan seks tapi informasi tentang seks," jelasnya.
Kasus HIV/AIDS di Indonesia sudah lebih dari 2.000 orang. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa jumlahnya lebih banyak 150 kali dari data yang ada sehingga kasus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 300.000 orang. "Di Papua sendiri angkanya begitu tinggi dan mengkhawatirkan karena hampir di setiap suku kasus HIV/AIDS selalu ada. Itu karena perilaku seks bebas sehingga terjadi kematian yang perlahan-lahan terhadap suku itu," tuturnya.
Urutan kasus HIV/AIDS tertinggi di Indonesia tambahnya, masih ditempati Jakarta kemudian disusul Papua dan Batam. "Seyogyanya, dengan melihat angka HIV/AIDS yang semakin hari semakin meningkat, angka pergaulan bebas dan angka aborsi yang semakin meningkat, orang-orang atau petinggi-petinggi kita kan seharusnya berpikir. Ada apa dengan generasi muda kita. Solusinya bagaimana? Yang kita harapkan sih begitu, kecuali kalau mereka hanya memikirkan yang lain," ujarnya.





BAB II
HUKUM ABORSI

Aborsi merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan jika dilakukan tanpa alasan medis yang jelas, apalagi dilakukan dengan sengaja untuk menutupi aib dari eorang permpuan yang telah melakukan hubungan terlarang. Selain perbuatan keji aborsi dapat membahayakan sang ibu bahkan dapat menyebabkan kematian ataupun trauma yang berkepanjangan.
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis”. Berikut ini hukum mengenai aborsi:
A.    Hukum Negara
1.      Yang menerima hukuman adalah:
a.       Ibu yang melakukan aborsi
b.      Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
c.       Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
2.      Pasal yang terkait:
a.       Pasal229
1)      Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2)      Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3)      Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
b.      Pasal341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
c.       Pasal342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
d.      Pasal343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
e.       Pasal346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
f.       Pasal347
1)      Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2)      Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
g.      Pasal348
1)      Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan. 

CAIRAN TUBUH

BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pengertian
Cairan tubuh adalah air beserta unsur-unsur didalamnya diperlukan untuk kesehatan sel. Cairan ini sebagian berada di luar sel (ekstraselular) dan yang sebagian lagi berada di dalam sel (intraselular).
Sel membangun tubuh secara sederhana yang hidup dalam laut interna yang merupakan cairan ekstra sel (CES) yang dibungkus oleh kulit tubuh. Dari cairan ini sel menerima oksigen dan bahan makanan, ke dalam cairan ini juga sel mengeluarkan sampah metabolisme. Cairan ekstrasel bergerak secara tidak tetap di seluruh tubuh dan cepat bercampur dengan sirkulasi darah, difusi darah dan cairan jaringan. Dalam cairan ekstrasel terdapat ion dan zat gizi yang diperlukan oleh sel untuk pemeliharaan fungsi sel. Sel tubuh hidup, tumbuh dan melakukan fungsi khusus selama terjadinya konsentrasi oksigen, glukosa, berbagai ion asam amino, dan asam lemak yang sesuai dengan lingkungan interna.

2.2       Kompartemen Cairan Tubuh
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat badan 70 kg, total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L.  Persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas.
1.Cairan Intraselular (CIS)
40% dari BB total adalah CIS. Cairan Intraselular adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah cairan  intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi yang merupakan cairan intraselular.
2.Cairan Ekstraselular (CES)
20% dari BB total adalah CES. Cairan Ekstraselular adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES) dapat menurun seiring  dengan bertambahnya usia. Pada bayi baru lahir, kira-kir ½ cairan tubuh terkandung didalam cairan ekstraselular (CES). Setelah ber usia 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
CES dibagi menjadi:
a.       Cairan interstisial (CIT) adalah cairan disekitar sel, pada orang dewasa volume cairan interstisial kira-kira 8L Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Volume Relatif (CIT)  bergantung dengan ukuran tubuh, pada bayi baru lahir volume cairan interstisial kira-kira 2 kali lebih besar dibanding orang dewasa.
b.      Cairan intravaskular (CIV) adalah cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB).3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :
- pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
- transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
- pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
- transpor hormon ke tempat aksinya
- sirkulasi panas tubuh
c.       Cairan Transelular (CTS) adalah cairan yang terkandung didalam rongga khusus dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu volume (CTS) dapat mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.

2.3       Komposisi
1.      Komposisi kompartemen cairan
a.       CES. Plasma darah dan cairan interstisial memiliki isi yang sama yaitu ion Natrium dan klorida serta ion bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi sedikit ion kalium, kalsium, magnesium, fosfat, sulfat dan asam organik. Perbedaanya adalah dalam hal protein; plasma mengandung lebih banyak protein dan cairan interstisial mengandung sangat sedikit protein.
b.      CIS. Akibat pompa Natrium-kalium dependen ATP, konsentrasi ion natrium dan kalium Intraselular berlawanan dengan yang ada dalam CES. Dalam CIS Ion kalium berkonsentrasi tinggi dan ion natrium berkonsentrasi rendah. Konsentrasi protein dalam sel tinggi, yaitu sekitar empat kali konsentrasi dalam plasma.

2.      Komposisi cairan tubuh
a.       Air. Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
b.      Solut(terlarut). Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut elektrolit dan non-elektrolit.

a)      Elektrolit : Substansi yang berionisasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berionsasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain (miliekuivalen/liter) atau dengan berat molekul dalam garam (milimol/litermEq/L ). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, mol/L dalam larutan selalu sama.
 Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam
 Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4
-).
Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara esensial sama, nilai elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas cairan intraselular dan interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini penting dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara bermakna mengubah nilai elektrolit palsma.
b)      Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berionisasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
2.4       Funngsi Cairan Tubuh
·         Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
·         Mengeluarkan buangan-buangan sel
·         Mmbentu dalam metabolisme sel
·         Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
·         Membantu memelihara suhu tubuh
·         Membantu pencernaan
·         Mempemudah eliminasi
·         Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM)
·          
2.5       Pergerakan Cairan
Cairan tubuh dan zat yang terlarut di dalamnya berada dalam mobilitas konstan dan proses menerima dan mengeluarkan cairan yang terus menerus. Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu:
a.       Fase I
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan dan saluran pencernaan.
b.      Fase II
Cairan interselular beserta komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.

c.       Fase III
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interselular masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen cairan dalam  tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan cairan dan elektrolit tubuh dilakukan dengan  cara transpor pasif (difusi dan osmosis), transpor aktif, dan filtrasi.
Difusi   Merupakan kecenderungan alami dari suatu substansi untuk bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah konsentrasi yang lebih rendah. Difusi terjadi melalui perpindahan tidak teratur dari ion dan molekul. Beberapa factor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu permebilitas membrane kapiler dan sel, potensial listrik serta perbedaan tekanan.
Osmosis adalah  perpindahan air terjadi melalui membran dari daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsentrasi zat terlarut tinggi sampai dengan kedua konsentrasi tersebut sama.
Transpor aktif adalah perpindahan zat terlarut melalui sebuah membran sel yang melawan perbedaan konsentrasi atau muatan listrik. Transpor aktif berbeda dengan transpor pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosine triposfat (ATP). Salah satu contohnya adalah transportasi pompa kalium-natrium.
Konsentrasi natrium lebih besar dalam CES di banding di CIS oleh karena itu ada kecenderungan natrium untuk memasuki sel dengan cara difusi. Hal ini diimbangi juga oleh pompa natrium-kalium yang terdapat pada membran sel dan sel aktif memindahkan natrium dari sel ke dalam CES. Sebaliknya konsentrasi kalium intraseluler yang terjadi dipertahankan dengan memompakan kalium ke dalam sel.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian  plasma dan bagian cairan intraselular karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang disebabkan oleh albumin serum.
Filtrasi adalah tekanan hidrostatik dalam kapiler cenderung untuk menyaring cairan yang keluar dari kompartemen vascular ke dalam cairan intra seluler. Contoh proses filtrasi adalah pada glomerulus ginjal.
Meskipun keadaan diatas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, keadaan ini disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.
2.6       Jenis Cairan
1.      Cairan Nutrien
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-2500 kalori per liter. Caian nutrient terdiri atas
a.       Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar (1/2 dextose dan ½ levulose).
b.      Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
c.       Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.

2.      Blood volume expanders
Blood volume expanders merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan volume darah. Pada pasien dengan lika bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik, sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.

2.7  Jenis-jenis Cairan Infus
1.      Cairan bisa bersifat isotonis (contohnya ; NaCl 0,9 %, Dekstrosa 5 % dalam air, Ringer laktat / RL, dll)
2.      Cairan bisa bersifat hipotonis (contohnya ; NaCl 5 %)
3.       Cairan bisa bersifat hipertonis (contohnya ; Dekstrosa 10 % dalam NaCl, Dektrosa 10 % dalam air, Dektrosa 20 % dalam air)
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
·         Na 130 mEq
·         K 4 mEq
·         Cl 109 mEq
·         Ca 3 mEq
·         Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
·         Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati
·         Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
·         Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran
·         Mempunyai efek vasodilator
·         Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral
KA-EN 1B
Indikasi:
·         Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
·         <24 jam pasca operasi
·         Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
·         Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
·         Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan supan oral terbatas
·         Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
·         Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
·         Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
·         Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
·         Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
·         Mensuplai kalium 20 mEq/L
·         Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A
Indikasi :
·         Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
·         Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
·         Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
·         Na 30 mEq/L
·         K 0 mEq/L
·         Cl 20 mEq/L
·         Laktat 10 mEq/L
·         Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
·         Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
·         Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
·         Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
·         Na 30 mEq/L
·         K 8 mEq/L
·         Cl 28 mEq/L
·         Laktat 10 mEq/L
·         Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
·         Untuk resusitasi
·         Kehilangan Na > Cl, misal diare
·         Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL
Indikasi:
·         Resusitasi
·         Suplai ion bikarbonat
·         Asidosis metabolik

MARTOS-10
Indikasi:
·         Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
·         Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
·         Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
·         Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN
Indikasi:
·         Stres metabolik berat
·         Luka bakar
·         Infeksi berat
·         Kwasiokor
·         Pasca operasi
·         Total Parenteral Nutrition
·         Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600
Indikasi:
·         Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
·         Penderita GI yang dipuasakan
·         Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
·         Stres metabolik sedang
·         Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
·         Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
·         Nitrisi dini pasca operasi
·         Tifoid
2.8       Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan dicapai dengan masukan dan keluaran cairan yang seimbang. Karena air mengalami proses kehilangan yang tidak terelakan setiap saat melalui ginjal, kulit, dan paru-paru hal yang terpenting adalah untuk tetap mempertahankan jumlah cairan yang cukup dalam tubuh.
Pengatur utama masuknya cairan adalah melalui mekanisme haus, pusat haus dikendalikan berada di otak. Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraselular, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah dan pendarahan yang mengakibetkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
1.      Asupan (intake) cairan melalui 3 cara:
a.       Minum, jumlah perolehan secara mendasar diatur oleh rasa haus, tetapi hal ini lebih dipengaruhi oleh kebiasaan minum. Selama aktifitas dan temperature yang sedang seorang dewasa kira-kira minum 1500ml air per hari. Sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500ml air per hari, sehingga kebutuhan 1000ml sisanya diperoleh dari
b.      Makan yang mengandung air, daging mengandung 50% sampai 75% air dan beberapa jenis buah dan sayur mengandung 95% air
c.       Proses oksidasi makanan dalam tubuh (metabolisme), air metabolik yang dihasilkan melalui katabolisme mencapai sekitar 300ml. katabolisme 1gram lemak menghasilkan 1,07ml air, 1gram karbohidrat, 0,55ml air dan 1gram protein, 0,41ml air.
Didalam tubuh seseorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang aman. Dalam kondisi yang normal pengeluaran cairan yang terjadi sesuai dengan pemasukannya. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urin) dan ekskresi pada proses metabolisme.


2.      Keluaran (output) cairan melalui 4 proses yaitu:
a.       Urin, proses pembentukan urin oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses pengeluaran cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal pengeluaran urin sekitar 1400-1500ml per 24jam atau sekitar 30-50ml per jam. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urin bervariasi dalam setiap harinya. Apabila aktifitas kelenjar meningkat maka produksi urin akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. Kehilangan air terbesar melalui ginjal merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan, bagian yang dikendalikan oleh antidiuritik hormon (ADH). ADH dihasilkan oleh hipotalamus dan ditransportasikan ke kelenjar pituitary, darimana dilepaskan sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut mengatur reabsorbsi air dari tubulus distal ginjal dan mengatur jumlah urin yang di ekresi.
b.      IWL (Insesible Water Loss) terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normalnya kehilangan cairan tubuh melalui proses ini berkisar antara 300-400ml per hari, apabila respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c.       Keringat, berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypothalamus sedangkan impulsnya ditransfer melalui susum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan saraf simpatis pada kulit. Cairan yang keluar melalui keringat sekitar 100ml per hari.
d.      Feses, pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200ml per hari, yang diatur melalui proses reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
3.      Organ yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan meliputi:
a.       Ginjal
Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan:
- Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan eksresi selektif cairan tubuh.
- Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang dibutuhkan.
- Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen.
- Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik.
Oleh karena itu gagal ginjal jelas mempengaruhi keseimbangan cairan, karena ginjal tidak dapat berfungsi.
b.      Jantung dan pembuluh darah
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini mengganggu perfusi ginjal dan karena itu mengganggu pengaturan air dan elektrolit.
c.       Paru-paru
Melalui ekhalasi paru-paru mengeluarkan air sebanyak +300L setiap hari pada orang dewasa. Pada kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau batuk yang terus-menerus akan memperbanyak kehilangan air; ventilasi mekanik dengan air yang berlebihan menurunkan kehilangan air ini.
d.      Kelenjar pituitari
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yaitu ADH yang disebut juga hormon penyimpan air, karena fungsinya mempertahankan tekanan osmotik sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume darah.
e.       Kelenjar adrenal
Aldosteron yang dihasilkan/disekresi oleh korteks adrenal (zona glomerolus). Peningkatan aldosteron ini mengakibatkan retensi natrium sehingga air juga ditahan, kehilangan kalor. Sedangkan apabila aldosteron kurang maka air akan banyak keluar karena natrium hilang. Kortisol juga menyebabkan retensi natrium.
f.       Kelenjar paratiroid
Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid (PTH). Sehingga dengan PTH dapat mereabsorbsi tulang, absorbsi kalsium dari usus dan reabsorbsi kalsium dari ginjal.
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan diantaranya:
a.       Umur, kebutuhan pemasukan cairan tubuh dipengaruhi oleh usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme dan berat badan. Bayi dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan disbanding orang dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
UMUR
Kebutuhan air
Jumlah air dalam 24jam
ml/kg berat badan
3 hari
1 tahun
3 tahun
4 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun
Dewasa
250-300
1150-1300
1350-1500
1600-1800
2000-2500
2200-2700
2200-2700
2400-2600
80-100
120-135
115-125
100-110
70-85
50-60
40-50
20-30


b.      Iklim, orang yang tinggal didaerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit tubuh melalui keringat.
c.       Diet berpengaruh terhadap pemasukan cairan dan elektrolit. Ketika pemasukan nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini dapat menyebabkan edema.
d.      Stress dapat meningkatkan metabolism sel, glukosa darah dan pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga apabila terjadi berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e.       Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap keseimbangan cairan misalnya, trauma (luka) seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan cairan melaui IWL. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
f.       Tindakan medis seperti suction dan  nasogastrik tube berpengaruh terhadap keseimbangan cairan tubuh.
g.      Pengobatan seperti deuritik dan laksative dapat berpengaruh pada keseimbangan cairan tubuh.
h.      Pembedahan pada pasien beresiko tinggi terhadap gangguan keseimbangan cairan karena pasien mengalami kehilangan darah selama proses pembedahan.

2.8  Ganguan Keseimbangan Cairan
1.      Ketidakseimbangan volume
a.       Kekurangan volume cairan ekstraselular atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik seringkali diistilahkan dengan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia. Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan inetrstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan cairan eksternal yaitu:
a.       Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit secara seimbang.
b.      Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada elektrolit.
c.       Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada air.
Kehilangan cairan eksrta sel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea, nitrogen dan kreatinin meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan serta berkeringat dalam waktu lama dan terus menerus. Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan gangguan pada hypothalamus, kelenjar gondok, ginjal, diare, muntah secara terus-menerus dan lain-lain.   
b.      Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan, yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada intersitisial). Normalnya, cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan.
Kelebihan volume cairan ekstraselular dapat terjdi bila natrium dan air keduanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada cairan ekstraselular (hipervolemia) maka cairan akan berpindah ke kompartemen cairan interstitial sehingga menyebabkan edema. Edema adalah penumpukan cairan interstitial yang berlebihan, edema dapat terlokalisir atau generalisata.

a)      Piiting edema merupakan edema yamg ada pada darah perifer atau akan berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakan ke permukaan lain dengan penekanan jari.
b)      Nonpitting edema tidak menunjukan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan membekunya cairan pada permukaan jaringan. Kelebihan cairan vaskular meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial.
c)      Edema anasarka  adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh. Peningkatan tekanan hidrostatik yang sangat besar menekan sejumlah cairan hingga ke membran kapiler paru sehingga menyebabkan edema paru, dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk dan adanya suara nafas ronnchi basah. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru.
Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering timbul adalah edema perifer (pitting edema), asites, kelopak mata membengkak, suara nafas ronnchi basah, penambahan berat badan secara tidak normal atau sangat cepat, dan nilai hematokrit pada umumnya normal, akan tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat akut. 
1.      Ketidakseimbangan osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan tubuh karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam cairan intraselular maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma. Hipernatremia adalah tingginya kadar natrium di dalam plasma. Hipokalemia yaitu keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3.5mEq/L dan  Hiperkalemia yaitu keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan  5.5mEq/L. Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.